Sabtu, 27 November 2010

Road to PSE

packing before berangkat....
Minggu, 4 Juli 2010 aku berniat untuk silaturahmi ke rumah saudara di Karawang. Paginya sebelum berangkat aku sempat liqo’ dulu, ya hitung-hitung jalani rutinitas, karena liqo’ sebelumnya sempat ditunda. Sehari sebelumnya sudah aku persiapkan segalanya, bahkan sampai kucatat biar nggak ada yang ketinggalan. Kali ini aku menggunakan KA Bangun Karta, jadwalnya sih agak nyantai. Keretanya berangkat dari Kertosono sekitar jam 5 kurang. Nggak sempat makan banyak akhirnya mbekal aja, hanya nasi sama ayam goreng aja. Untuk camilan dan oleh-oleh sudah tidak ditanya lagi, sudah tertata rapi. Jam 3 sore aku sama saudaraku berangkat menuju stasiun Kertosono. Kira-kira butuh waktu 50 menitan perjalan untuk menuju ke sana, maklum lalu lintas agak padat jadi agak molor dikit. Akhirnya sampai stasiun sekitar jam 4 sore. Setelah sholat Ashar aku menunggu di peron. Di sela waktu menunggu, datang dua maestro jalur selatan yaitu KA Sancaka tujuan Yogyakarta yang ditarik mengunakan CC 201 92, dan KA Kahuripan  tujuan Bandung yang ditarik menggunakan CC 201 97. Sambil kulihat disekitar stasiun, ternyata ada satu gerbong pembangkit dan satu gerbong K1 milik Bangun Karta. Sempat berpikir, kenapa masih ada gerbong yang tidak dipakai, padahal musim liburan penumpang semakin banyak.  Mungkin masih butuh perawatan saja.
Southern Travellers
Gerbong K1 dan BP yang ditinggal

Perjalanan Kertosono - Madiun
Tak lama kemudian KA Bangun Karta masuk jalur 1. kebetulan aku mengambil gerbong agak belakang (gerbong 3). Setelah masuk ternyata penumpangnya belum begitu banyak. Masih ada kursi-kursi yang kosong. Menurutku interior Bangun Karta ini beda dengan KA eksekutif lain. Yang membedakan yaitu terdapat running text yang memberitahukan ke penumpang lokasi stasiun dimana kereta sedang berhenti (mungkin sekarang sudah mulai banyak interior KA yang semakin bagus dengan running text seperti New Argo Jati, Bogowonto dll).
terdapat running text yang memberitahukan ke penumpang lokasi stasiun dimana kereta sedang berhenti
banyak kursi yang masih kosong
Tepat jam 16.45 Bangun Karta berangkat meninggalkan stasiun Kertosono. Kebetulan hari sedang cerah waktu itu, jadi bisa melihat pemandangan di sore hari. Terlihat sawah nan hijau memanjakan mataku, sekilas juga terlihat PT Temprina, percetakan koran Jawa Pos yang terletak di Nganjuk. Selama perjalanan menuju Nganjuk, aku disibukkan dengan menyamankan tempat, mulai mengatur kursi agar sedikit lebih santai, menata barang bawaan, baca buku sambil mendengarkan lagu dari MP3. Setelah sampai di Stasiun Nganjuk, ternyata KA berhenti sangat lama, menunggu bersilang dengan Argo Wilis. Sempat aku merasa heran. Namun seketika aku teringat, bahwa beberapa hari sebelumnya ada kecelakaan KA Logawa anjlok di Saradan dan menewaskan beberapa penumpangnya serta membuat rel menjadi rusak, akhirnya setiap KA yang melintas harus mengurangi kecepatan hingga 5 km/jam. Setelah berangkat, sampai di Saradan, ternyata benar KA melaju dengan sangat pelan. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa terlalu lama berhenti di stasiun Nganjuk.
Setelah sholat, dan makan malam aku sekedar ingin melihat keluar di pintu gerbong, yang kebetulan KA berhenti di stasiun Caruban untuk bersilang dengan Sancaka. Sedikit kurang beruntung karena turun hujan. Jadi tidak bisa melihat indahnya malam penuh bintang (dalam hatiku berkata). Selama perjalanan menuju Madiun, tidak ada yang menarik, karena hujan menghalangi pandangan, selain itu juga karena perjalanan malam. Akhirnya aku hanya melihat tayangan KATV, tau-tau sudah sampai di Madiun. Di sinilah mulai banyak penumpang yang naik dan mulai penuh. KA berhenti cukup lama, jadi aku sempatkan untuk keluar dan mengambil beberapa gambar. Ternyata masih banyak penumpang yang menunggu keretanya datang. Mungkin mereka penumpang dari Gajayana, Matarmaja, Bima, dan Turangga. Karena musim liburan biasanya banyak orang pergi ke luar kota untuk sekedar silturahmi atau rekreasi.
ketika sampai di Madiun
Setelah berangkat, aku sempat melihat KRDE Madiun Jaya yang berhenti di depo KA. Sekali lagi karena kondisi hujan sehingga tidak memungkinkan untuk mengambil gambar. Kalaupun bisa pasti hasilnya kurang bagus. Setelah itu KATV menayangkan film kalau nggak salah judulnya Taxi (nggak tau Taxi yang keberapa) Selama perjalanan KA hanya berhenti di stasiun Paron, itupun cuma sebentar. Karena tidak ada hal yang menarik, aku hanya mendengarkan lagu sambil membaca buku, sesekali melihat ke jendela. Memang rasanya berjalan agak lambat karena goncangannya tidak begitu terasa dan kondisi ruangan gerbong kedap suara.

Solo – Semarang = Gelap….
Tidak terasa KA sudah sampai Solo Jebres dan berangkat langsung tanpa mengurangi kecepatan (tidak berhenti). suasananya tidak terlalu ramai, dan tidak ada gerbong yang parkir di stasiun. Sempat heran, perasaan belum berhenti sama sekali sejak menunggalkan stasiun Paron. Mungkin karena lalu lintas cukup lengang sehingga masinis bisa langsung tancap gas karena ingin segera sampai di Semarang agar bisa istirahat atau mungkin ganti shift. Di Solo aku sempatkan untuk melihat keluar. Karena terlalu gelap jadi tidak bisa mengambil gambar. Padahal maksud hati ingin memotret percabangan rel yang menuju Yogyakarta (Jalur Selatan). beberapa menit kemudian aku kembali ke tempat duduk dan mambalut diri dengan selimut yang diberikan oleh petugas, karena udaranya yang kebetulan cukup dingin. Akhirnya selama perjalanan aku hanya melihat film saja dengan sedikit ngantuk karena efek obat batuk yang aku minum sore tadi.

pemandangan PLTU Semarang dari kereta
Film usai ketika sampai di stasiun Gundih. Kulihat KA langsung jalan dan terlihat percabangan menuju arah Cepu. Kulihat pula di sekitar, ternyata para penumpang mulai kelelahan dan akhirnya menikmati perjalanan dengan tidur. Setelah melewati stasiun Alastuwa. Aku beranjak menuju pintu untuk melihat keluar. Beberapa saat kemudian pemandangan menakjubkan pun tersajikan. KA berjalan pelan dan di sisi kanan kirinya terdapat semacam kolam yang luas (semacam tambak), dan jaraknya sekitar 1 meter dari posisi kereta. Kemudian terlihat cahaya lampu terang dan sangat banyak, di situlah letak PLTU Semarang yang bisa dinikmati keindahan kemilau lampu dari kereta. Lalu KA berhenti di sinyal, entah kenapa pihak stasiun Semarang Tawang belum mengizinkan KA masuk karena mungkin peron yang masih terisi dengan kereta lain.  Kesempatan ini aku gunakan untuk mengambil beberapa gambar dan menikmati keindahan lampu PLTU. Namun sangat disayangkan karena bintang-bintang yang bertaburan di langit malam tertutupi oleh mendung. Padahal jika langit cerah, akan lebih menakjubkan lagi Kuasa Allah melalui gemerlap bintang-bintang di langit. Setelah beberapa menit kemudian, kereta melaju lambat memasuki stasiun stasiun Semarang Tawang. Karena berhenti cukup lama, kusempatkan keluar dan melihat di sekeliling stasiun. Tidak ada satu gerbong pun yang parkir di stasiun Semarang Tawang. 
para pedagang asongan menjajakan dagangannya ke penumpang KA
papan informasi arah dan jarak kota lain dari Semarang
Hanya satu lokomotif dengan warna hijau kuning, kalau tidak salah lokomotif BB200xx. Suasana stasiun cukup ramai, dan kebanyakan dari mereka adalah penumpang KA Argo Bromo Anggrek Malam, dan Sembrani. Lalu kereta berangkat menuju Stasiun Semarang Poncol. Di sini kereta berhenti untuk bersilang dengan KA Senja Kediri dari Jakarta menuju Kediri. Setelah itu baru kereta kembali melesat melanjutkan perjalanan. Karena cukup capek riwa-riwi, akhirnya aku duduk sambil melihat lampu-lampu kota dari candela.
bersilang dengan Senja Kediri
Fenomena Plabuan – Cirebon…….
Ketika sampai di daerah sebelum stasiun Plabuan, aku sempatkan untuk melihat keluar dari pintu. Wuih, inilah pemandangan yang aku tunggu. Kereta berjalan dengan kecepatan sedang, melaju di sisi hutan yang lebat. Dan di sebelah utara terlihat hamparan pantai laut jawa yang luas dan jarak bibir pantainya kurang lebih 3 - 4 meter dari kereta. Terdengar desahan ombak pantai semakin mengingatkan aku betapa indah dan besarnya Kuasa Allah swt.

Tak terasa setelah lelah, dan akhirnya pun tertidur. Sampai juga di stasiun Cirebon. Keluar dan  ku pandang suasana di subuh hari. Memang belum pada buka toko-tokonya. Masih ada banyak pedagang asongan. Lalu peron yang sedang direnovasi. Mungkin akan ditinggikan. Karena peron sebelumnya terlihat masih rendah, jadi penumpang yang naik kereta harus melalui tangga yang disediakan atau bahkan harus langsung naik (lompat) ke pintu kereta. Ya, InsyaAllah perubahannya makin cepat. Mengingat banyak juga KA yang berhenti di stasiun Cirebon untuk menaikturunkan penumpang. Di sisi lain aku melihat rangkaian Argo Jati yang masih diparkir dan untuk disiapkan berangkat  menuju Jakarta pagi harinya. Sebelum berangkat, sempat datang KA Sembrani dari arah Surabaya dan berhenti di jalur 1. Selang beberapa menit, Bangun Karta meninggalkan stasiun. Selama perjalanan kereta melaju dengan cepat, berbeda jauh dengan perjalan sebelum stasiun Cirebon. Karena factor kondisi rel dan bantalan yang sangat baik, memungkinkan kereta dapat melaju hingga kecepatan +100 km/h. berbeda dengan kondisi rel di wilayah timur yang memaksa KA untuk melaju dengan kecepatan terbatas.
suasana stasiun Cirebon ketika subuh
gerbong Argo Jati yang masih diparkir
Fajar di Bekasi – Pasar Senen…..
Menjelang fajar, sampai juga di stasiun Bekasi. Terlihat KRL Ekonomi yang bersiap di peron 4. suasana pagi yang sejuk dan mendung membuat mata kembali segar setelah capek melihat berbagai fenomena-fenomena selama perjalanan. Setelah berhenti cukup lama. Kembali melanjutkan perjalanan menuju Jatinegara. Seperti biasa, KA harus antri dulu karena peron yang masih terisi kereta lain. Padahal Jatinegara memiliki cukup banyak jalur dan peron. Terlihat situasi mulai sibuk, dengan banyaknya penumpang yang menunggu keretanya. Kebanyakan dari mereka adalah penumpang KRL, Fajar Utama Jogja, dan Purwojaya. Terdapat lokomtif CC 201 xx yang sibuk mondar-mandir pindah jalur. Ada juga Plasser Theurer yang parkir di jalur paling ujung. Dan juga para pedagang asongan yang mulai mengais rezeki dari barang dagangannya. Di bagian tikungan terlihat dipo Jatinegara, yang merupakan tempat lokomotif-lokomotif KA jarak jauh menuju Jawa Tengah – Jawa Timur. Lalu kereta melaju melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir yaitu stasiun Pasar Senen.
masuk stasiun Bekasi
pagi di Jatinegara
CC 201 03
Sesampai di stasiun, turun dan sempat ngongkek boyok, aku jalan –jalan sebentar melihat sekeliling stasiun, terlihat rangkaian Fajar Utama Semarang yang siap berangkat menuju Semarang. Dan juga satu hal yang mengalihkan perhatianku. Diantara peron-peron yang padat dengan calon penumpang, ada satu peron yang kondisinya cukup bersih namun tidak ada satu penumpang pun yang menunggu di peron tersebut. Peron yang di maksud adalah peron 6 yang terlihat begitu sepi dan lengang.
sibuknya Pasar Senen
peron 6 yang sangat sepi

rangkaian Bangun Karta yang baru saja kunaiki
Tiba waktunya setelah beberapa menit berjalan-jalan aku melanjutkan perjalanan menuju Karawang dengan Serayu/Cipuja pagi untuk mengunjungi rumah saudara. Banyak hal yang menarik selama perjalanan. Tapi dibalik itu semua, harapanku yaitu kualitas perkeretaapian agar semakin diperbaiki supaya masyarakat Indonesia semakin mempercayai jasa kereta api dan semakin mencintai serta bangga dengan produk-produk Indonesia. (Wise)

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini....