Sabtu, 18 Desember 2010

10 Stasiun Tertua di Pulau Jawa

Berikut adalah daftar 10 stasiun tertua di Indonesia. yang merupakan aset kebanggaan bangsa Indonesia.

10. Stasiun Ijo (1880)
 
stasiun Ijo dahulu

Stasiun Ijo (IJ) adalah stasiun kereta api yang terletak di sebelah barat Stasiun Gombong. Secara administratif, stasiun ini berada di Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Selain sebagai stasiun persilangan, fungsi lainnya adalah sebagai pengontrol terowongan jalur rel (disebut Terowongan Ijo) yang berada di sisi timur stasiun ini. Pengelolaan stasiun yang terletak pada ketinggian +25 m dpl ini berada di bawah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Stasiun yang dibangun pada pertengahan tahun 1880-an ini jarang disinggahi oleh kereta api. kecuali kereta yang silang darurat dengan kereta lain. Stasiun berperon sisi ini memiliki tiga jalur rel.


9. Stasiun Malang Kotalama (1879)

Stasiun Malang Kotalama dahulu

Stasiun Malang Kotalama (MLK) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kecamatan Sukun, Malang. Stasiun yang berada pada ketinggian +429 m dpl ini berada di Daerah Operasi 8 Surabaya. Stasiun ini merupakan stasiun KA paling selatan yang berada di Kota Malang, dan tertua, dibangun pada tahun 1879. Penambahan nama “Kotalama” dimaksudkan untuk membedakan dengan Stasiun Malang Kotabaru yang dibangun belakangan. Dari Stasiun Malang Kotalama terdapat percabangan rel yang menuju ke Dipo Pertamina. Stasiun ini hanya melayani KA Tawangalun menuju Banyuwangi dan KA Penataran menuju Surabaya dan Blitar.

8. Stasiun Surabaya Kota (1878)

Stasiun Surabaya Kota dahulu
Stasiun Surabaya Kota (SB) yang populer dengan nama Stasiun Semut terletak di Bongkaran, Pabean Cantikan, Surabaya. Letaknya sebelah utara Stasiun Surabaya Gubeng dan juga merupakan stasiun tujuan terakhir di kota Surabaya dari jalur kereta api selatan pulau Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Yogyakarta dan Bandung serta Jakarta. Stasiun lain yang juga penting di Surabaya adalah Stasiun Pasar Turi yang menghubungkan Surabaya dengan Semarang. Baru dalam masa kemerdekaan, Jawatan Kereta Api mengadakan layanan kereta api antara Jakarta dan Surabaya Pasar Turi melalui Semarang.

Berdasarkan sejarahnya, Stasiun Surabaya Kota dibangun ketika jalur kereta api Surabaya-Malang dan Pasuruan mulai dirintis sekitar tahun 1870. Tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan perkebunan dari daerah pedalaman Jatim, khususnya dari Malang, ke Pelabuhan Tanjung Perak yang juga mulai dibangun sekitar tahun itu. Gedung ini diresmikan pada tanggal 16 Mei 1878. Dengan meningkatnya penggunaan kereta api, pada tanggal 11 Nopember 1911, bangunan stasiun ini mengalami perluasan hingga ke bentuknya yang sekarang ini.

Hingga saat ini Stasiun Surabaya Kota masih menjadi awal keberangkatan semua KA dari Surabaya yang melalui jalur selatan, dan juga merupakan stasiun transit untuk KA Sritanjung (Lempuyangan - Banyuwagi) dan KA Logawa (Purwokerto - Jember).

7. Stasiun Purwosari (1875)
Stasiun Purwosari dahulu
Stasiun Purwosari (PWS) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 502, Purwosari, Lawiyan, Surakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +98 m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta. Stasiun Purwosari dibangun pada tahun 1875, dan merupakan stasiun tertua di Surakarta. Pembangunannya ditangani oleh NISM. Stasiun Purwosari berada di wilayah Mangkunegaran. Hingga sekarang stasiun ini masih melayani KA dari berbagai jurusan untuk kelas ekonomi, dan juga merupakan lokasi transit penumpang dari Wonogiri yang akan melanjutkan perjalanan ke kota lain seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dsb. dengan menggunakan jasa KA Feeder Wonogiri.

6. Stasiun Solo Balapan (1873)


Stasiun Solo Balapan sekarang
Stasiun Solo Balapan (kode: SLO, +93m) adalah stasiun induk di Kestalan dan Gilingan, Banjarsari, Surakarta yang menghubungkan Kota Bandung, Jakarta, Surabaya, serta Semarang. Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke-19 (tepatnya 1873). Stasiun Solo Balapan ini hanya melayani KA jarak jauh kelas Eksekutif maupun Bisnis, seperti Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Gajayana, Turangga, Senja Utama Solo, Sancaka, Lodaya, serta beberapa KA Komuter seperti Pandanwangi, Joglosemar, Prambanan Express, Madiun Jaya, Banyubiru. Beberaparatus meter dari stasiun ke arah Surabaya, terdapat pertigaan berbentuk segitiga, yang menghubungkan jalur menuju Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang.

5. Stasiun Kedungjati (1873)

Stasiun Kedungjati dahulu

Stasiun Kedungjati (KEJ) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 m dpl ini berada di Daerah Operasi 4 Semarang. Stasiun Kedungjati diresmikan pada bulan 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur KA dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1976. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibangun dari kayu diubah ke bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm. Satu-satunya KA yang berhenti di stasiun ini adalah Pandanwangi relasi Semarang-Solo, karena sedikitnya penumpang yang naik maupun turun di stasiun ini.

4. Stasiun Ambarawa (1873)

Stasiun Ambarawa dahulu

Museum Kereta Api Ambarawa adalah sebuah stasiun kereta api yang sekarang dialihfungsikan menjadi sebuah museum di Ambarawa, Jawa Tengah yang memiliki kelengkapan kereta api yang pernah berjaya pada zamannya. Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen sampai sekarang masih dapat menjalankan aktivitas sebagai kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik dan merupakan salah satu dari tiga yang masih tersisa di dunia. Dua di antaranya ada di Swiss dan India. Selain koleksi-koleksi unik tadi, masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum. Sayangnya stasiun ini tidak termasuk dalam trayek KA regular, sehingga hanya KA wisata saja yang dapat dilayani di stasiun ini.

3. Stasiun Lempuyangan (1872)

Stasiun Lempuyangan sekarang
Stasiun Lempuyangan (kode: LPN, +114 m dpl) adalah stasiun kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta, berjarak sekitar 1 km di sebelah timur dari stasiun utama di kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta. Stasiun yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan Danurejan di selatan. Stasiun ini merupakan stasiun pemberhentian untuk KA Ekonomi dan KRD Komuter dari dan menuju berbagai jurusan di Kota Yogyakarta. Seperti KA Sritanjung, Pasundan, Gayabaru Malam, Kahuripan, Logawa, Progo, Senja Bengawan, KRD Prambanan Express, Joglosemar, Banyubiru, Madiun Jaya.

2. Stasiun Semarang Tawang (1868)

Stasiun Semarang Tawang sekarang
Stasiun Semarang Tawang (kode SMT) adalah stasiun induk di Tanjung Mas, Semarang Utara, Semarang yang melayani kereta api eksekutif dan bisnis. Kereta api ekonomi tidak singgah di stasiun ini. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api besar tertua di Indonesia setelah Semarang Gudang dan diresmikan pada tanggal 19 Juli 1868 untuk jalur Semarang Tawang ke Tanggung. Jalur ini menggunakan lebar 1435 mm. Pada tahun 1873 jalur ini diperpanjang hingga Stasiun Solo Balapan dan melanjut hingga Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta. Stasiun ini hanya melayani KA kelas Eksekutif maupun Bisnis seperti KA Argo Bromo Anggrek, Argo Sindoro, Argo Muria, Bangun Karta, Fajar Utama Semarang, Senja Utama Semarang, Senja Utama Kediri, Sembrani, Harina, Rajawali, Gumarang. Serta KRD Pandanwangi, Joglosemar, Banyubiru, Madiun Jaya, Kaligung, Blora Jaya.

1. Stasiun Semarang Gudang / Tambaksari (1864)
Stasiun Semarang Gudang dahulu
Stasiun ini dibangun pada tanggal 16 Juni 1864 yang diresmikan oleh Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele. Untuk pengoperasian rute ini, pemerintah Belanda menunjuk Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), salah satu markas NIS yang sekarang dikenal sebagai Gedung Lawang Sewu. Dan tepatnya pada 10 Agustus 1867 sebuah kereta meluncur untuk pertama kalinya di stasiun ini. Sangat disayangkan bahwa sampai sekarang belum ada upaya untuk mengaktifkan stasiun ini.

Alangkah bijaknya bila kita sebagai pewaris bangsa, turut melestarikan aset bangsa yang tak ternilai harganya.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini....