Senin, 29 November 2010

Kisah Putri Kasihan

Canna Island, adalah sebuah pulau yang semi besar karena luasnya hanya sekitar 64800 km2. Terdapat sebuah tanjung yang sangat terkenal di pulau ini. Namanya Chantique Foreland. Selain itu, juga terdapat salah satu dari puluhan kerajaan yang ada di pulau ini yang letaknya dekat Chantique Foreland. Namanya Gracias Kingdom. Letaknya tidak terlalu jauh dari tanjung tersebut. Hanya berjarak 16 mil ke arah selatan. Kemudian ada tugu warna merah. Di situlah pintu gerbang menuju Kerajaan Gracias.

Di Gracias Kingdom, hiduplah seorang putri yang cantik tetapi ceroboh. Namanya Dilla Princess atau biasa disebut dengan Putri Kasihan. Mengapa disebut Putri Kasihan ? pertanyaan yang cukup logis. Setap hari sang putri selalu bersedih. Padahal putri Dilla biasa hidup dengan kemewahan dan kebahagiaan. Namun bagi seorang putri. Apalah arti sebuah kebahagiaan tanpa seorang pangeran yang mendampingi hidupnya. Akibat kecerobohannya, sudah limabelas kali cintanya tidak diterima atau dalam bahasa Russianya ditolak.

Cinta pertama Putri Dilla berawal dari sebuah pesta perayaan ulangtahun kerajaan. Saat itu sang putri hendak mengambil sendoknya yang jatuh. Pada saat yang sama tiba-tiba seorang pangeran mengambilkan untuknya. Dengan wajah yang berseri-seri sang pangeran berkata,” Maaf Nona, ini sendok Anda yang jatuh.” Sang putri pun terpesona kepadanya. Kemudian mereka pun berbincang-bincang dan saling mengenal. Sebenarnya sang pangeran juga terpesona melihat kecantikan putri Dilla. Namun ketika ia hendak menembak sang putri, tanpa disadari sang putri kentut dengan suara yang keras dan bau yang khas (lebih dari sekedar bau). Melihat hal itu sang pangeran pun kecewa dan meninggalkan putri sendirian karena dirasa tidak sopan terhadap orang lain.

Kejadian itu sering terjadi pada Putri Dilla hingga limabelas kali dengan pangeran yang berbeda. Bahkan sang putri pernah jatuh cinta kepada pangeran tertampan di pulau Canna. Namun akibat kebiasaan buruknya yang sering mengupil dan terkadang mencium ketiaknya, lagi-lagi sang putri ditolak. Padahal itu adalah kesempatannya untuk merebut pangeran tampan itu.
Kabar tentang kecerobohan dan kejorokan sang putri terdengar hingga ke Raja Norgard (ayah putri Dilla). Dengan penuh rasa malu sang raja berkata,” Hai anakku, Ayahanda sangat kecewa dan malu berat atas kelakuan jorokmu itu.” Sang putri berkata,” Aku minta maaf, Ayahanda. Tapi aku berjanji untuk tidak melakukan hal itu lagi.” Raja bertanya,” Kau yakin dengan keputusanmu?” sang putri membalas dengan tegas, “akan kulakukan demi mendapatkan cintaku, Ayah”. Sang ayah menjawab,” Bagus! Hilangkan kebiasaanmu itu. Dengan begitu kau akan mendapatkan seorang pangeran untuk mendampingi hidupmu kelak.” Putri berkata,” Tetapi berita tentang kejorokanku sudah tersebar di seluruh pulau Canna. Apakah masih ada pangeran yang mau denganku?” Sang Raja menjawab,” Pasti ada! Bersabarlah, Nak!” Sejak itu, sang putri mulai meninggalkan sifat kejorokannya sedikit demi sedikit dan memulai hidup barunya dengan kesopanan.
Suatu hampir malam terjadi perampokan di istana. Meskipun kawanan perampok tidak berhasil membawa harta sepersen pun tapi setidaknya mereka berhasil menculik Putri Dilla. Setelah kejadian itu sang Raja langsung mengerahkan sejumlah pasukannya untuk mencari Putri Dilla.

Di tengah perjalanan, betapa bodohnya para perampok tersebut hingga lupa untuk membungkam mulut putri Dilla. Karena ketakutan Putri Dilla pun berteriak minta tolong dengan sangat keras sehingga perampok tersebut kewalahan. Si bos perampok mengomeli anak buahnya, ”Kenapa tidak diplester saja mulutnya! Dasar bodoh!” si anak buah malah berkata,” Maaf bos plesternya habis tadi buat menambal ban dan atap yang bocor.”  Suara putri Dilla terdengar oleh pangeran Phalevhu yang tengah berburu rusa. Tanpa pikir panjang, sang pangeran langsung lari untuk menolong sang putri. Setelah pangeran Phalevhu menemukan gerombolan penculik putri Dilla, pangeran pun langsung menghajar perampok itu satu per satu. Setelah para perampok kabur ketakutan, pangeran Phalevhu langsung membebaskan putri Dilla.

Pada pandangan pertama, pangeran Phalevhu merasa terkagum dengan kecantikan putri Dilla. Tidak hanya pangeran Phalevhu, tetapi putri Dilla pun juga ikut terkesan dengan kegagahan pangeran dalam penumpas kawanan perampok itu. Pada saat hendak melepas tali yang mengikat kaki putri, pangeran Phalevhu bertanya,” Hai putri cantik, siapa namamu?” dengan tersipu putri berkata,” Aku Dilla, putri dari raja Gracias Kingdom. Terimakasih sudah menyelamatkan aku. Kamu siapa? Dari mana?” Pangeran menjawab,” Kenalkan, aku Pangeran Phalevhu dari kerajaan Escaflowne.” Akhirnya mereka saling mengenal.
Pangeran Phalevhu mengantar putri Dilla pulang ke istana. Di perjalanan, pangeran Phalevhu berhenti di sebuah kedai es krim dan mengajak putri Dilla untuk makan es krim bersama. Mereka memakan es krim bersama-sama bahkan terkadang mereka saling menyuap dan saling tukar pengalaman. Di tengah canda tawa mereka, tiba-tiba pangeran Phalevhu bersin dengan keras sampai-sampai kotoran hidungnya meloncat ke es krim putri Dilla. Putri Dilla berkata,” kamu baik-baik saja kan, Pangeran?” Pangeran Phalevu menjawab,” Ah tidak, ini cuma bersin biasa. Tolong aku disuap es krim lagi dong!” Tanpa disadari, putri Dilla mengambilkan es krimnya yang terdapat kotoran hidung pangeran tadi dan menyuapkannya ke pangeran. Awalnya pangeran biasa-biasa saja. Namun lama-lama pangeran terlihat seperti orang yang mabuk dan akhirnya pangeran mati. Karena kaget dan bingung, putri Dilla langsung lari untuk meminta pertolongan. Tetapi sialnya, sang putri tidak dapat bantuan, malah penuduhan yang didapatnya. Putri Dilla pun dibawa ke istana bersama dengan pasukan Gracias Kingdom yang kebetulan mengetahui hal itu. 

Berita tentang kematian pangeran Phalevhu dan penuduhan terhadap putri Dilla telah sampai ke Raja Musashi, ayah pangeran Phalevu. Akhirnya Raja Musashii menuntut kepada Raja Norgard untuk menghukum putri Dilla dengan hukuman yang setimpal. Di istana, setelah Raja Norgard mengetahui berita tersebut dari Raja Musashi, dia seakan-akan tidak percaya. Dengan penuh rasa marah Raja Norgard berkata kepada Putri Dilla,” Dilla! Apa yang kamu lakukan itu membuat ayah marah. Kau telah mencoreng nama baik Gracias Kingdom. Sebagai hukuman, kau dipenjara di Basement terbawah selama empat tahun.” Putri Dilla yang sedikit bodoh tidak tahu harus melakukan apa untuk bertahan. Tetapi karena itu perintah ayahnya, dia menurut saja.

Di dalam penjara. Putri Dilla terus menangis, menangis dan menangis. Setelah dua bulan, putri Dilla mengalami stres yang berlebihan. Dia pun menjadi amnesia, idiot, dan gila karena penderitaannya yang semakin lama semakin menjadi-jadi. Meskipun Raja Norgard sudah membebaskan putri Dilla, ia pun tak kunjung sembuh dari kegilaannya. Setiap hari putri Dilla selalu memanggil nama pangeran Phalevu sambil tertawa layaknya orang gila yang berlebihan. Tidak ada satu tabib maupun dukun yang berhasil menyembuhkannya. Sampai akhirnya putri Dilla meninggal. Wajahnya yang konyol dengan lidah yang menjulur keluar dan senyuman yang tidak meyakinkan, putri Dilla dimakamkan di belakang istana. Raja dan Ratu Norgard yang tak kuasa melihat kematian putri pertamanya, menangis tidak karuan. Tiba-tiba Ratu Norgard berkata,” Suamiku, sudahlah biarkan Dilla pergi dengan tenang. Lagipula kematian Dilla bukanlah akhir dari segalanya kan ? toh masih ada Maryz, putri kedua kita.” Raja berkata,” Benar juga ya! Kenapa aku menangisi kematian Dilla yang sifatnya jorok dan ceroboh itu. Dengan begini kita kan bisa lebih memperhatikan Maryz.” Ternyata selama ini Raja dan Ratu Norgard lebih menyayangi Maryz yang lebih sopan daripada Dilla yang ceroboh. Sejak itu nama Putri Kasihan selalu dikenang seluruh warga Canna Island karena riwayatnya yang lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan. (Wise)

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar disini....